STRATEGI DAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM
STRATEGI DAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM
Sudijarto (dalam
Abimanyu, dkk. 2008: 2-3) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai upaya
memilih, menyusun,dan memobilisasi segala cara, sarana/prasarana, dan tenaga
untuk menciptakan sistem lingkungan untuk mencapai perubahan perilaku optimal.
Jadi, strategi pembelajaran merupakan pemilihan upaya pembelajaran yang akan
memberi peluang tercapainya tujuan yang optimal, baik dari segi hasil belajar,
hasil kerja, maupun proses belajar.
a. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Terdapat beberapa
kriteria yang bisa digunakan sebagai acuan dalam pemilihan strategi
pembelajaran.
1. Relevansi
Derajat kaitan
fungsional antara strategi pembelajaran sebagai dimensi instrumental dengan
tujuan/sasaran belajar, dengan tolok ukur dari sebagaimana sesuatu itu
dipelajarai dan bukannya dari segi apa yang dipelajari. Derajat relevansi dapat
ditinjau dari tiga dimensi yaitu epistemologi, psikologi, dan sosial.
2. Efektivitas
Efektivitas (hasil guna)
yakni tingkat instrumentalitas atau hubungan kausal linier antara strategi
pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai. Muara keberhasilan pembelajaran
dapat diukur dari segi efektivitas, baik dari segi dampak instruksional maupun
dampak pengiring.
3. Efisiensi
Efisiensi (daya guna)
yakni berkaitan dengan perbandingan upaya (proses belajar) dengan hasil
(pencapaian tujuan) khususnya ditinjau dari prinsip ekonomis, seperti pemilihan
strategi pembelajaran yang lebih sederhana, murah dan mudah serta bervariasi
tetapi mencapai tujuan yang optimal (Abimanyu, dkk. 2008: 8-3 - 8-5).
b. Kriteria Strategi Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM sebagai suatu
pendekatan pembelajaran di SD/MI telah memuat di dalamnya kriteria utama dalam
mengembangkan strategi pembelajaran. Secara garis besar, kelima kriteria
pembelajaran dalam PAIKEM adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif
menekankan pada keaktifan siswa, tidak hanya keterlibatan fisik, tetapi yang
utama adalah keterlibatan mental, khususnya keterlibatan intelektual-emosional.
Dalam proses pembelajaran tersebut, guru harus menciptakan suasana sedemikian
rupa sehingga siswa aktuf bertanya, dan mengemukakan pendapat (Abimanyu, dkk.
2008: 8-10).
2. Pembelajaran Inovatif
Paradigma pembelajaran
inovatif yakni mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup
dan siap terjun di masyarakat. Pembelajaran inovatif ditandai dengan
prinsip-prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai
fasilitator bukan instruktur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4)
multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani, (6)
pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan
sekedar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif.
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif
menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik mengenai pengembangan imajinasi
dan daya cipta maupun yang utama yakni pengembangan kemampuan berpikir kreatif.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif haruslah seimbang dengan pengembangan
kemampuan berpikir rasional logis (Abimanyu, dkk. 2008: 8-12).
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang mendidik, yang secara serentak dapat mencapai
dua sisi penting dari tujuan pendidikan di sekolah yakni: (1)
memiliki/menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS), (2)
membangun diri pribadi sebagai pemanggung eksistensi manusia (Abimanyu, dkk.
2008: 8-13).
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang
menyenangkan bukan hanya karena lingkungan belajar yang menggairahkan tetapi
juga karena terpenuhi hasrat ingin tahu siswa. Pembelajaran yang menyenangkan
memerlukan dukungan pengelolaan kelas dan menggunakan media pembelajaran, alat
bantu, dan sumber belajar yang tepat. Pembelajaran yang menyenangkan dapat juga
tercipta karena proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik belajar
siswa (Abimanyu, dkk. 2008: 8-15).
B. Model-Model Pembelajaran PAIKEM
Berbagai macam model
pembelajaran PAIKEM dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pembelajaran kooperatif
menurut Slavin (dalam Kemp, dkk. 1994: 151) adalah tipe khusus dari
aktivitas kelompok yang mengupayakan untuk mengembangkan antara kemampuan
belajar dan kemampuan sosial dengan memasukan tiga konsep/komponen ke dalam
pembelajaran yaitu penghargaan kelompok, tanggung jawab individu, dan
kesempatan yang sama untuk sukses. Pertimbangan dari komponen-komponen tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif membutuhkan perencanaan yang
hati-hati dan pelaksanaan yang sistematis. Ini lebih dari menugaskan siswa
untuk berkelompok dan menyuruh mereka untuk saling mengajari satu sama lain
atau menyelesaikan tugas.
2. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang diawali dengan
sajian atau tanya jawab lisan yang ramah dan terbuka terkait dengan kehidupan
sehari-hari siswa, sehingga dapat mengetahui manfaat dari materi yang akan
disajikan, motivasi belajar pada diri siswa akan muncul, dunia pikiran siswa
menjadi konkret, serta suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan.
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami tidak hanya menonton dan mencatat, serta pengembangan kemampuan
sosialisasi (Rosalin, 2008:112).
Depdiknas (dalam Masyhud, 2012:51) menyatakan bahwa pembelajaran
kontekstual harus melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu:
(1) Construktivism (membangun), (2) Inquiry (menemukan),
(3) Questioning (bertanya), (4) Learning Community (masyarakat
belajar), (5) Modeling (pemodelan), (6) Reflection (refleksi),
(7) Authentic Assessment (penilaian autentik).
3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk secara aktif terlibat dalam
pengalaman belajarnya dan dapat melatih keteranpilan berfikir siswa (penalaran,
komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah (Rusman, 2012:229).
Model Problem Based Learning (PBL) mempunyai ciri umum yaitu
menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan bermakna yang akan
memberi kemudahan kepada para siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Menurut Arends model ini juga memiliki beberapa ciri khusus yaitu adanya
pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin
ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produk atau karya, dan memamerkan
produk tersebut, serta adanya kerja sama (dalam Suryanti, 2008:20).
4. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
Pembelajaran berbasis
proyek menurut The George Lucas Educational Foundation (dalam
Widiyatmoko, 2012: 53) adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan
atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question).
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda,
maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini
memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan
penuntun.
5. Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching and
Learning)
Model pembelajaran kuantum adalah model pembelajaran dengan enam
kerangka pembelajaran (TANDUR) serta memperhatikan lingkungan belajar siswa dan
dibutuhkan peran serta guru sebagai quantum teacher untuk
mendayagunakan kemampuannya, mengorkestrasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap.
Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) segalanya berbicara, (2)
segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui
setiap usaha, (e) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan (Chatib, 2010:37).
Model Quantum Teaching and Learning terdapat unsur-unsur
peristiwa pembelajaran yang dibagi menjadi dua katagori yaitu konteks dan isi
(Chatib, 2010:37-259).
DAFTAR RUJUKAN
Abimanyu, S. dan La Sulo, S. L. 2008. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Chatib, M. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Kemp, J. E, Morrison, G. R, and Ross, S. M. 1994. Designing
Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.
Masyhud, S. 2012. Pengajaran Mikro untuk Mahasiswa FKIP
Universitas Jember. Tidak Diterbitkan. Hand Out. Jember: UPPL dan
Microteaching FKIP Universitas Jember.
Rosalin, E. 2008. Gagasan Merancang Pembelajaran
Kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Suryanti. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Widiyatmoko, A. 2012. Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Mengembangkan Alat Peraga IPA dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai.
(Online), (http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii), diakses 31 Oktober 2013.
Jika anda tertarik dengan aplikasi atau layanan absensi online, anda dapat mengunjungi blog yang saya buat :)
BalasHapusAplikasi Absensi Online