APLIKASI PRAKTIS TEKNOLOGI DNA DALAM BIDANG KEDOKTERAN
APLIKASI PRAKTIS TEKNOLOGI DNA
A. Aplikasi Praktis Teknologi DNA dalam Bidang
Kedokteran
Teknologi DNA memberikan
sumbangan yang sangat besar bagi bidang kedokteran. Salah satu manfaat
teknologi DNA adalah pengidentifikasian gen-gen yang mutasinya bertanggung
jawab atas penyakit-penyakit genetik, karena itu penemuan ini seharusnya
mengarah ke cara-cara untuk mendiagnosis, merawat, dan mencegah kondisi
tersebut (Campbell & Mitchell, 2002).
Yang sama pentingnya
adalah manfaat potensial dari teknologi DNA untuk menangani jenis-jenis
penyakit lain, dari rematik hingga AIDS. Kerentanan terhadap banyak penyakit
“nongenetik” dipengaruhi oleh gen seseorang. Selanjutnya, penyakit jenis apapun
melibatkan perubahan ekspresi gen di dalam sel yang terpengaruh dan sering juga
dalam sistem imun pasien. Dengan menggunakan uji susunan mikro DNA atau
teknik-teknik lain untuk membandingkan ekspresi gen dalam jaringan sehat dan
jaringan yang mengalami sakit, para peneliti berharap untuk bisa menemukan
banyak gen yang muncul dan hilang dalam penyakit-penyakit tertentu. Gen dan
produk gen tersebut merupakan target potensial untuk pencegahan dan terapi
(Campbell & Mitchell, 2002).
1. Diagnosis Penyakit
Hal baru dalam diagnosis
penyakit infeksi telah dipaparkan oleh teknologi DNA, khususnya dalam
pemanfaatan PCR/poliakrilamida (bagian DNA yang berupa gel) untuk menelusuri
patogen-patogen tertentu. Misalnya, karena urutan DNA HIV diketahui, PCR dapat
digunakan untuk memperkuat dan kemudian mendeteksi DNA HIV dalam sampel darah
atau jaringan. Hal ini merupakan cara terbaik untuk mendeteksi suatu infeksi
yang tidak tampak (Campbell & Mitchell, 2002).
Saintis kedokteran
sekarang dapat mendiagnosis ratusan kelainan genetik manusia dengan menggunakan
teknologi DNA. Mereka dapat mengidentifikasi semakin banyak penyakit individu
yang mempunyai penyakit genetik sebelum munculnya gejala, atau bahkan sebelum
lahir (Campbell & Mitchell, 2002).
2. Terapi Gen Manusia
Dari percobaan terapi
gen yang sekarang sedang dilakukan pada manusia, terapi yang paling menjanjikan
ialah terapi yang melibatkan sel sumsum tulang, tetapi tidak harus ditujukan
untuk memperbaiki kelainan genetik. Misalnya, sejumlah peneliti sedang berusaha
untuk mempertinggi sel imun untuk melawan kanker, untuk merekayasa sel imun
yang resisten (kebal) terhadap HIV, dan sebagainya. Sebagian besar percobaan
saat ini masih dalam taraf pendahuluan, yang didesain untuk menguji keamanan
dan kelayakan prosedur dan bukan berupaya menyembuhkan (Campbell &
Mitchell, 2002).
B. Aplikasi Praktis Teknologi DNA dalam Industri
Farmasi
Teknologi DNA telah
digunakan untuk menciptakan banyak produk farmasi yang bermanfaat, yang
sebagian besar merupakan protein. Dengan mentransfer gen untuk produk protein
yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang mudah
tumbuh dalam jaringan tubuh, maka seseorang dapat mereproduksi protein dalam jumlah
besar, yang secara alami hanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit (Campbell
& Mitchell, 2002).
Salah satu aplikasi
praktis yang pertama, dari penyambungan gen yaitu produksi hormon mamalia dan
protein pengaturan mamalia lain di dalam bakteri. Insulin manusia dan hormon
pertumbuhan manusia merupakan contoh utama. Insulin yang dihasilkan dengan cara
ini telah memberi manfaat bagi sebagian besar penderita diabetes di Amerika
Serikat yang tergantung pada insulin untuk mengontrol penyakit mereka (Campbell
& Mitchell, 2002).
Produk farmasi penting
lainnya yang dihasilkan dari teknologi DNA yaitu aktivator plasminogen jaringan
(TPA). Protein ini membantu melarutkan darah yang membeku dan menurunkan risiko
serangan jantung berikutnya, jika diberikan sesegera mungkin setelah serangan
pertama. Karena faktor biaya pengembangannya yang tinggi dan pasarnya yang
relatif terbatas, produk ini menjadi sangat mahal (Campbell &
Mitchell, 2002).
Perkembangan terakhir
dalam produk farmasi melibatkan cara-cara baru untuk melawan penyakit tertentu
yang tidak merespon perawatan obat tradisional (Campbell & Mitchell, 2002).
C. Aplikasi Praktis Teknologi DNA bagi Kepentingan
Forensik
Pada kriminalitas dengan
kekerasan, darah atau jaringan lain yang tertinggal di tempat kejadian perkara
(TKP) atau pada pakaian dan barang-barang lain miliki korban atau penyerangnya
dapat digunakan untuk proses penyelidikan. Akan tetapi, karena terdapat banyak
orang dalam populasi dengan jenis darah atau jaringan yang sama, pendekatan ini
hanya dapat mengarah ke seseorang tersangka tanpa memberikan bukti kuat tentang
pelakunya (Campbell & Mitchell, 2002).
Di pihak lain, pengujian
DNA dapat mengidentifikasi pelaku denga derajat kepastian yang jauh lebih
tinggi, karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik).
Pendeteksian kemiripan dan perbedaan sampel DNA, hanya membutuhkan darah atau
jaringan lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Misalnya, dalam kasus
pembunuhan, untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka atau korban hanya
butuh sedikit darah yang dijumpai di TKP (Campbell & Mitchell, 2002).
D. Aplikasi Praktis Teknologi DNA bagi Lingkungan
Teknologi DNA semakin
banyak digunakan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan lingkungan. Kemampuan
mikroorganisme untuk mentransformasi bahan kimiawi sangat menakjubkan, dan para
saintis sekarang sedang merekayasa kemampuan metabolik ini ke dalam organisme
yang akan membantu menanggulangi beberapa masalah lingkungan. Misalnya, banyak
bakteri dapat mengekstraksi logam berat, seperti tembaga, timbal, dan nikel
dari lingkungannya dan memasukkan logam-logam tersebut ke dalam senyawa seperti
tembaga sulfat atau timbal sulfat yang dapat dimanfaatkan. Mikroba yang
direkayasa secara genetik mungkin menjadi penting dalam penambangan mineral
(terutama ketika cadangan bijihnya telah habis) dan pembersihan limbah tambang
yang sangat toksik (beracun) (Campbell & Mitchell, 2002).
E. Aplikasi Praktis Teknologi DNA bagi Peternakan
Selama lebih dari satu
dasawarsa, hewan ternak telah diberi perlakuan dengan produk-produk yang
dihasilkan dari metode DNA rekombinan. Produk-produk ini mencakup vaksin-vaksin
baru atau yang didesain ulang, antibodi, dan hormon pertumbuhan. Misalnya,
beberapa sapi perah disuntik dengan hormon pertumbuhan yang dibuat oleh E.
coli untuk menaikkan produksi susu (vaksin ini biasanya meningkatkan
sebanyak 10%). Dan juga meningkatkan perolehan bobot dalam daging ternak
(Campbell & Mitchell, 2002).
Daftar Rujukan :
Campbell & Mitchell.
2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Posting Komentar untuk "APLIKASI PRAKTIS TEKNOLOGI DNA DALAM BIDANG KEDOKTERAN"