MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
Sejarah Perkembangan Media Audio
Jauh sebelum ditemukannya teknologi
visual, manusia lebih akrab menggunakan media audio (pendengaran). Sejarah
media audio itu sendiri tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi komunikasi
suara yang digunakan manusia dari masa ke masa. Perkembangan media audio jika
dilihat dari sejarah komunikasi suara, pada tahun 1844 Morse mengirim berita
lewat kawat dari Baltimore ke Washington, maka dikenallah teknologi yang
dinamakan telegrafi. Dari temuan tersebut, Alexander Graham Bell
kemudian berpikir bahwa tidak hanya bunyi saja yang dapat disalurkan melalui
kawat, suara pun juga bisa (http://benramt.wordpress.com).
Pada tahun 1875, Alexander Graham
Bell melakukan percakapan lewat telepon sebagai temuan baru di bidang
komunikasi suara. Beberapa tahun kemudian, yaitu pada tahun 1895 ditemukanlah
radio oleh Marconi. Temuan tersebut menjadi temuan yang paling akrab dan
dikenal masyarakat. Sebelum ditemukannya alat komunikasi lain, hampir semua
informasi disampaikan dari generasi ke generasi melalui media audio
(pendengaran). Banyak orang menghabiskan waktu untuk mendengarkan informasi melalui
radio (http://benramt.wordpress.com).
Setelah ditemukannya radio, kemudian
mulai ditemukannya alat perekam suara oleh Thomas Edison yaitu dikenal dengan
phonograph. Melalui alat ponograf ini, orang dapat melakukan perekaman suara
dengan menggunakan piringan hitam. Temuan ini kemudian berkembang seiring
dengan perkembangan zaman yaitu orang mulai merekam dengan menggunakan cassette
tape recorder. Di masa sekarang, peran kaset juga telah digantikan dengan
perangkat baru yang bersifat digital seperti Compact Disc (CD),
Flash disc, dan sebagainya (http://benramt.wordpress.com).
Baca Juga: MEDIA PEMBELAJARAN GAGAL KONTEKS DAN KONTEN
Pengertian Media Audio
“Media Audio (media dengar) adalah
media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran”
(http://benramt.wordpress.com). Dengan kata lain, media audio berkaitan dengan
indera pendengaran. Pesan yang disampaikan melalui media audio berupa
lambang-lambang auditif baik verbal maupun non verbal (Sadiman, dkk. 2002: 49).
Media audio adalah “media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera
pendengaran. Pesan atau informasi yang disampaikan dituangkan ke dalam
lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound effect”
(Riyana, 2012: 39). Media audio (dalam paud.unnes.ac.id) diartikan sebagai
“media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk
mempelajari isi tema”.
Media audio dalam dunia pembelajaran
diartikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat disajikan dalam bentuk auditif
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa
sehingga terjadi proses belajar mengajar (Riyana, 2012: 133). Berdasarkan
pengembangan pembelajaran, media audio dianggap sebagai bahan ajar yang
ekonomis, menyenangkan, dan mudah disiapkan dan digunakan oleh guru dan siswa.
Materi pelajaran dapat diurutkan penyajiannya, serta bersifat tetap, pasti, dan
juga dapat digunakan untuk media instruksional belajar secara mandiri
(Anderson, 1987: 127).
Jenis-Jenis Media Audio
Jenis-jenis media audio yang ada dan
pernah dipergunakan oleh manusia dapat dibedakan menjadi dua yaitu analog dan
digital.
A. Media Audio Analog
1. Radio
Radio merupakan “media audio yang
penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari
suatu pemancar (Riyana, 2012: 39). Suara yang mengandung pesan dikomunikasikan
atau diinformasikan melalui alat atau microfon yang kemudian akan dipancarkan
melalui gelombang elektromagnetik dan penerima pesan (pendengar) menangkap
informasi tersebut melalui pesawat radio.
a. Kelebihan radio
Sebagai suatu media yang popular
pada zamannya, radio memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1) memiliki harga yang relatif murah
dengan variasi program yang cukup banyak,
2) mudah dipindah-pindahkan (mobile),
sehingga dapat mengatasi kebutuhan perpindahan dari satu ruang ke ruang
lainnya,
3) jika dikolaborasikan dengan alat
perekam, maka pesan yang disiarkan dapat diputar ulang sehingga dapat mengatasi
masalah waktu penyiaran,
4) radio sangat baik untuk
mengembangkan daya imajinasi anak melalui pesan-pesan yang disiarkan,
5) dapat merangsang partisipasi aktif
dari para pendengar yaitu mereka dapat menggambar, menulis, memperagakan, atau
menari sambil mendengarkan pesan siaran radio,
6) radio dapat lebih memusatkan
perhatian siswa melalui kata, kalimat, atau musik sehingga dianggap sangat
cocok untuk pengajaran musik dan bahasa,
7) radio dapat mengatasi batas-batas
ruang dan waktu, jangkauannya luas, dan dapat diperdengarkan oleh manusia yang
banyak (Sadiman, dkk, 2002: 51-53).
b. Kelemahan radio
Selain memiliki kelebihan, radio
juga memiliki beberapa kelemahan yaitu:
1) komunikasi yang terjadi hanya satu
arah,
2) pesan yang disiarkan bersifat
desentralisasi sehingga guru tidak dapat mengontrol pesan tersebut,
3) dalam pembelajaran, jika siarannya
hanya monoton maka akan menimbulkan perasaan bosan pada siswa atau pendengar,
4) pesan disiarkan hanya selintas,
sehingga tidak bisa diulang-ulang sesuai dengan kemampuan belajar masing-masing
individu,
5) integrasi antara siaran radio dengan
pembelajaran sering menyulitkan dalam hal pengulangan pelajaran (Sadiman, dkk.
2002: 53).
2. Alat Perekam Pita Magnetik
Alat perekam pita magnetik sering
kita sebut kaset tape recorder merupakan salah satu mediayang melakukan
perekaman menggunakan kaset audio. Kaset pita ini digunakan sebagai tempat
menyimpan berkas audio analog yang jumlah waktu rekamannya terbagi ke dalam
masing-masing sisi kaset. Alat perekam pita magnetik memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan yaitu:
a. Kelebihan
1) memiliki multifungsi yaitu merekam,
menampilkan rekaman, dan menghapus serta playback rekaman
tersebut dilakukan segera mungkin pada mesin yang sama,
2) pita rekaman mampu diputar
berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan tanpa mempengaruhi volume,
3) dapat dilakukan penghapusan terhadap
rekaman terdahulu untuk kemudian pitanya dapat digunakan kembali,
4) rekaman yang ada dalam kaset pita
dapat digunakan sesuai dengan jadwal pelajaran dan guru dapat mengontrolnya,
5) kaset pita memberikan kemudahan
dalam pembelajaran bahasa dan pengadaan programnya sangat mudah (Sadiman, dkk.
2002: 53-54).
b. Kelemahan
1) memiliki jangkauan yang sangat
terbatas (Sadiman, dkk. 2002: 55),
2) kaset pita terkadang macet atau
kusut di dalam mesin pemutar karena tipisnya kaset (Heinich, dkk. 2002: 374).
B. Media Audio Digital
Berbeda dengan media audio analog,
media audio yang bersifat digital memiliki banyak fitur yang berbeda-beda.
Media audio digital juga lebih praktis dan memberi kemudahan dengan berbagai
alat penyimpanan dan akses yang lebih canggih.
1. Menyimpan Audio Digital
Berkas-berkas audio digital dapat
disimpan dalam berbagai teknologi digital di antaranya.
a. Cakram Padat (Compact Disc)
CD (Compact Disc) merupakan
sebuah media penyimpanan file audio yang menyimpan musik atau suara dalam
bentuk bit-bit informasi digital (Heinich, dkk. 2002: 368). Alat yang
diperlukan untuk memutar CD adalah CD player. Kelebihan media ini yaitu tahan
terhadapkerusakan, noda bisa dibersihkan dan goresan yang biasa tidak akan
mempengaruhi pemutaran ulang. Selain itu, jika komputer yang dimiliki guru
dilengkapi dengan CD Drive maka dapat mempermudah pembuatan
rekaman.
b. MP3 (MPEG Audio Layer 3)
MP3 merupakan salah satu bentuk
(format) penyimpanan file audio digital yang ukuran filenya lebih kecil. MP3
juga memberikan kualitas suara yang lebih bagus jika dibandingkan dengan CD
audio (Heinich, dkk. 2002: 369). Alat untuk memutar MP3 adalah MP3 player,
selain itu juga dapat diputar dengan iPod. Kelebihan media ini yaitu tersedia
bagi siapa saja yang mengakses internet dan dapat diunduh dengan biaya yang
murah bahkan gratis. Kelemahannya yaitu rendahnya tanggung jawab pengguna
terhadap hak cipta terkait dengan audio tersebut.
c. WAV (Waveform Audio Format)
WAV merupakan “salah satu format
penyimpanan file audio yang dirancang dan dikembangkan oleh Microsoft dan IBM”
(http://saefulloh1.blogspot.com). WAV merupakan “versi digital dari audio
analog yang dibuat dengan menggunakan kartu suara komputer dan piranti lunak
untuk mengubah dan menyimpan berkas format digital (Heinich, dkk. 2002: 370).
Perangkat yang diperlukan untuk memutar WAV salah satunya adalah iPod.
Keuntungan menggunakan WAV adalah berkas audio yang berkualitas tinggi dan
penggunaan saluran berganda untuk suara. Keterbatasannya yaitu berkapasitas
besar, sehingga sebagian besar klip audio WAV harus pendek durasinya.
2. Mengakses Audio Digital
Berkas audio digital dapat diakses
dan disimak dalam berbagai cara yaitu.
1) Streaming Audio, yaitu berkas dikirim ke dalam
paket-paket kepada pendengar yang memberikan kesempatan kepada pengguna untuk
menyimak bagian-bagian berkas tersebut sembari menunggu tambahan lainnya dari
berkas tersebut untuk diunduh (Heinich, dkk. 2002: 371).
2) Podcasting atau popular dengan
sebutan podcast berasal dari kata iPod dan broadcasting merupakan
file audio rekaman dalam format MP3 yang disebarkan melalui internet. Berkas
audio dapat dikirim secara otomatis ke pelanggan untuk disimpan (Heinich, dkk.
2002: 371).
3) Radio internet, yaitu siaran
internet radio dengan menggunakan internet untuk menawarkan stasiun radio yang
terdiri dari berbagai program yang menarik yang dapat diakses dari seluruh
dunia (Heinich, dkk. 2002: 371).
4) Pemutar audio digital portable,
yaitu alat yang memungkinkan pengguna untuk membawa serta file audio mereka.
Salah satu contohnya adalah iPod Apple (Heinich, dkk. 2002: 372).
Kelebihan dan Kelemahan Media Audio
Media audio secara umum juga memiliki
kelebihan dan kelemahan yaitu.
A. Kelebihan
1. Tersedia di mana-mana dan mudah
digunakan karena sebagian besar orang sudah sering menggunakannya.
2. Tidak mahal, jika perangkat sudah
dibeli maka tidak memerlukan biaya tambahan lagi karena perangkat yang disimpan
bisa dihapus dan dipergunakan kembali. Untuk fasilitas audio dengan bantuan
internet juga tersedia internet secara gratis atau berbiaya murah.
3. Bisa diproduksi, materi audio dapat
dengan mudah diduplikat dengan bantuan piranti lunak dan perangkat yang sesuai.
4. Menyediakan pesan lisan untuk
meningkatkan pembelajaran, siswa yang kurang menguasai pembelajaran dengan cara
visual bisa belajar dengan mendengarkan.
5. Menyediakan informasi terbaru,
siaran audio biasanya berbasis berita, pidato, presentasi, atau penampilan
langsung.
6. Menyediakan akses gratis bagi
berkas-berkas audio, semua itu dapat kita dapatkan dengan bantuan web yang
tersedia di dunia maya.
7. Ideal untuk mengajar bahasa asing,
memungkinkan para pembelajar untuk mendengar dan merekam pelafalan kata-kata
dalam bahasa asing.
8. Merangsang imajinasi, karena pesan
lisan disampaikan dengan lebih dramatis sehingga akan merangsang daya imajinasi
siswa.
9. Bisa diputar ulang sesering mungkin
sesuai kebutuhan untuk lebih memahami materi.
10. Portable,
praktis mudah dibawa dan digunakan di mana pun dan kapan pun.
11. Memudahkan
penyiapan mata pelajaran, artinya pengajar bisa merekam mata pelajaran terlebih
dahulu dengan baik, untuk kemudian diperdengarkan kepada siswa di kelas.
12. Pilihan
mudah ditempatkan, artinya berkas sudio dapat dengan mudah di tempatkan ke
dalam media penyimpanan yang sesuai dengan kebutuhan.
13. Tahan
kerusakan, berkas audio yang disimpan baik di dalam CD maupun MP3 tahan
terhadap kerusakan, goresan biasa pada CD tidak akan mempengaruhi kualitas
suara (Heinich, dkk. 2002: 376-377).
B. Kelemahan
1. Perhatian terhadap hak cipta masih
kurang sehingga berkas audio dengan mudah dapat diperbanyak tanpa izin resmi
(illegal). Hal tersebut menimbulkan pelanggaran hak cipta.
2. Tidak memantau perhatian, artinya
ketika rekaman audio diperdengarkan siswa mungkin saja mendengarkan tetapi
tidak menyimak dan memahaminya dengan baik, dan guru tidak dapat mengetahui
kondisi tersebut.
3. Kesulitan dalam penentuan kecepatan,
artinya dengan beragamnya kemampuan belajar siswa guru akan sulit menentukan
durasi pemutaran dan pengulangan yang mungkin diperlukan.
4. Kebutuhan perlengkapan digital dan
piranti lunak.
5. Urutan yang kaku, artinya berkas
audio yang sudah terekam tidak dapat dengan mudah dimajukan atau diundur
seperti pada media cetak.
6. Kesulitan dalan menempatkan segmen.
7. Berpotensi terjadi penghapusan yang
tidak disengaja (Heinich, dkk. 2002: 377-378).
Dasar Pertimbangan dalam Penggunaan
Media Audio
Ketika memilih untuk menggunakan
media audio, seorang guru harus memperhatikan terlebih dahulu tentang beberapa
hal yang berkaitan dengan penggunaan media audio. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan-kesalahan atau hambatan-hambatan yang dapat muncul ketika
proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang harus menjadi pertimbangan guru
tersebut antara lain.
1. Guru perlu mempertimbangkan faktor
usia siswa, karena dalam penggunaan media audio dibutuhkan kemampuan anak dalam
berpikir abstrak. Jika perlu guru harus memodifikasi media audio sesuai dengan
tingkat kemampuan anak.
2. Media audio dalam penggunaanya
membutuhkan perhatian yang lebih dari siswa, oleh karena itu diperlukan
teknik-teknik khusus jika ingin menerapkan media audio di kelas-kelas rendah.
3. Media audio bersifat auditif, oleh
karena itu diperlukan kontrol dalam penggunaanya yaitu melalui penguasaan
kata-kata, bahasa, dan susunan kalimat.
4. Sebelum menerapkan media audio dalam
pembelajaran , perhatikan materi pelajarannya apakah mengandung rangsangan
pendengaran yang cukup dan relevan untuk disajikan kepada siswa.
5. Materi pelajaran yang akan diajarkan
melalui media audio juga harus memiliki kriteria yaitu mengajarkan kemampuan
verbal, atau respon terhadap rangsangan verbal (Anderson. 1987: 134 ;
http://paud.unnes.ac.id).
Fungsi Media Audio
Pada awal sejarahnya media hanyalah
sebagai alat bantu guru dalam mengajar. Seiring dengan berkembangnya teknologi
audio pada pertengahan abad ke 20, akhirnya media audio-visual maka fungsi
media pun bergeser. Edgar Dale kemudian membuat klasifikasi menurut tingkat
penggunaan media dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak. Klasifikasi
tersebut dinamakan “kerucut pengalaman” yang dianut sebagai alat bantu untuk
menentukan media yang sesuai dengan pembelajaran (Riyana, 2012: 12-13).
Dilihat dari kerucut pengalaman
Edgar Dale, maka fungsi media audio dalam pembelajaran adalah.
1. Mengatasi keterbatasan pengalaman
mendengarkan dan menyimak yang dimiliki siswa.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu,
tenaga serta daya penglihatan.
3. Media audio yang menarik dapat
menimbulkan gairah belajar pada siswa.
4. Memungkinkan siswa belajar mandiri
sesuai dengan bakat dan kemampuan auditorinya.
5. Media audio dapat menghadirkan
rangsangan yang sama dan mempersamakan pengalaman.
6. Media audio dapat menimbulkan sikap
positif dan dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan siswa untuk belajar.
7. Dengan media audio, peran guru dalam
proses pembelajaran berubah ke arah yang positif (Riyana. 2012: 14-15;
http://repository.upi.edu).
Pengembangan Media Audio
A. Format Program Audio
Beberapa format program audio yaitu.
1. Uraian
Uraian merupakan dasar dari setiap
program audio yang di dalamnya menggambarkan adanya pembicaraan yang memberikan
informasi, penjelasan, dan penerangan sehingga pesan dapat dipahami.
2. Wawancara
Wawancara merupakan program audio
yang menampilkan dua orang yang melakukan pembicaraan guna memperoleh informasi
melalui tanya jawab.
3. Diskusi
Diskusi merupakan format audio yang
menampilkan pendapat dari beberapa orang yang berbeda-beda ketika memecahkan
suatu masalah.
4. Dialog
Percakapan antara dua orang atau
lebih untuk membahas suatu masalah. Dialog akan berjalan dengan baik atau tidak
tergantung pada pengalaman, pengetahuan, keahlian/pendidikan dan status sosial
yang terlibat dalam dialog. Dialog ini dapat dimunculkan dalam suatu drama/sandiwara
dan ceritera (http://pjjpgsd.dikti.go.id).
B. Penulisan Naskah Audio
Sebagai media yang hanya
mengandalkan pada bunyi dan suara maka dalam proses pengembangan media jenis
ini perlu direncanakan dengan baik, salah satunya yaitu melalui penulisan naskah
audio. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan ketika menulis program media
audio.
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam media
audio adalah bahasa percakapan, bukan bahasa tulisan. Kalimat yang digunakan di
dalamnya sebisa mungkin adalah kalimat tunggal dan menghindari istilah-istilah
sulit.
2. Musik
Ada beberapa jenis musik yang dapat
digunakan dalam pengembangan media audio yaitu.
a. Musik tema, yaitu musik yang dapat
menggambarkan watak dan situasi dari keadaan atau pesan yang akan disajikan.
b. Musik transisi, yaitu musik yang
berfungsi sebagai penghubung dua adegan.
c. Musik jembatan, yaitu musik yang
merupakan bentuk khusus dari musik transisi yaitu menjembatani dua buah adegan.
d. Musik latar belakang, yaitu musik
yang digunakan untuk mengiringi pembacaan teks atau percakapan.
e. Musik smash, yaitu musik yang
digunakan untuk membuat penekanan/kejutan.
3. Keterbatasan Konsentrasi
Karena adanya keterbatasan
konsentrasi pada pendengar maka sebaiknya suatu pengertian tidak hanya
dibicarakan sekali, tetapi dilakukan pengulangan-pengulangan dengan cara yang
berbeda-beda dan bervariasi hingga dapat lebih dimengerti (Sadiman, dkk. 2002:
114-117).
Langkah-langkah dalam penulisan
naskah audio adalah sebagai berikut:
1. menentukan topik,
2. melakukan riset pendengar/audience,
3. merumuskan tujuan/kompetensi,
4. menentukan pokok-pokok materi,
5. menulis draf naskah audio
(http://pjjpgsd.dikti.go.id).
C. Produksi Media Pembelajaran Audio
Proses produksi dilakukan apabila
semua perlengakapan dan naskah telah siap. Apabila proses penyusunan naskah
telah siap maka naskah-naskah tersebut perlu diperbanyak untuk format audio
yang berupa dialog. Setelah itu, para orang yang terlibat di dalamnya harus
melakukan latihan supaya dapat memberikan performa yang baik, kemudian proses
perekaman dilakukan (http://pjjpgsd.dikti.go.id).
Mendengarkan dan Menyimak
A. Mendengar dan Menyimak
Mendengar dan menyimak adalah dua
kegiatan yang berbeda. Secara fisiologis, mendengar merupakan proses masuknya
gelombang suara ke telinga hingga diteruskan sampai ke otak. Secara psikologis,
menyimak berawal dari adanya kesadaran dan perhatian seseorang tentang suatu
pembicaraan yang kemudian dilanjutkan dengan proses pemaknaan dan diakhiri
dengan proses pemahaman (Heinich, dkk. 2002: 381).
Mendengar dan menyimak merupakan
proses komunikasi dan belajar. Kemampuan menerima pesan dalam komunikasi
dipengaruhi oleh pengirim pesan, dan kemapuan memahami pesan dipengaruhi oleh
penerima pesan. Komunikasi yang baik juga dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
gangguan-gangguan dalam komunikasi. Penyampaian dan penerimaan suara mungkin
terganggu oleh beberapa hal yaitu: (a) volume suara yang terlalu rendah dan
terlalu besar, (b) suara yang terlalu monoton, (c) terhambatnya kemampuan
mendengar secara fisik (Heinich, dkk. 2002: 381-382).
B. Mengembangkan Keterampilan Menyimak
Mendengar adalah dasar untuk
menyimak, oleh karena itu guru perlu mengecek normal atau tidaknya kemampuan
mendengar seluruh siswa sebelum proses menyimak dimulai. Guru juga perlu
memperhatikan ruang kelas agar mendukung kegiatan menyimak, yaitu kelas harus
ideal dan mampu meredam suara berisik dan gema. Guru juga harus memperhatikan
apabila ada siswa yang sakit flu, karena hal tersebut juga mempengaruhi
kemampuan mendengar siswa (Heinich, dkk. 2002: 383).
Untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyimak, guru dapat menggunakan teknik-teknik di bawah ini.
1. Memandu menyimak, yaitu dengan
memberi siswa beberapa tujuan dan pertanyaan sebelumnya.
2. Memberikan arahan, yaitu memberi
arahan secara individual atau kelompok melalui rekaman audio.
3. Meminta siswa menyimak gagasan
utama, detail, atau kesimpulan.
4. Gunakan konteks dalam menyimak,
yaitu membedakan makna dalam konteks auditori dengan menyimak kalimat yang
kata-katanya hilang dan kemudian melengkapinya dengan tepat.
5. Menganalisis struktur sebuah
presentasi, yaitu dengan meminta siswa untuk menyaringkan sebuah presentasi
lisan.
6. Membedakan antara informasi yang
relevan dengan yang tidak relevan, yaitu meminta siswa mengidentifikasi
kata-kata yang relevan atau kata yang tidak relevan dari sebuah presentasi
lisan (Heinich, dkk. 2002: 384).
Hubungan Media Pembelajaran Audio
dengan Tujuan Instruksional
Media audio dalam penggunaannya di
sebuah kegiatan pembelajaran dapat digunakan untuk mencapai dan mengajarkan
beberapa tujuan instruksional di bawah ini.
1. Tujuan Kognitif
Media audio dapat digunakan untuk
mengajar pengenalan kembali atau pembedaan rangsang audio yang relevan. Media
audio juga dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai aturan dan prinsip.
Contohnya yaitu memberikan latihan pendengaran untuk belajar mengingat atau
mengucapkan kata dan kalimat dari bahasa asing atau bahasa yang
tidak dikenal (Anderson. 1987: 130-131).
2. Tujuan Psikomotor
Media audio dapat digunakan untuk
mengajar keterampilan verbal. Contohnya yaitu memberikan kesempatan untuk
melatih respon terhadap rangsangan lisan yang diberikan. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendengar, menirukan dan melatih kata-kata bahasa asing yang
mereka pelajari (Anderson. 1987: 131).
3. Tujuan Afektif
Tujuan afektif ini dapat diperoleh
melalui suasana yang diciptakan oleh musik latar belakang, efek suara, suara
narator yang dapat menyentuh hati siswa hingga siswa dapat menunjukkan sikap
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (Anderson. 1978: 132). Contohnya yaitu
penggunaan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dan musik-musik instrumental dalam
program ESQ (Emosional Spiritual Question).
DAFTAR RUJUKAN
Amien, S. 2010. Media Audio
dan Video untuk Pembelajaran. (Online),
(http://benramt.files.wordpress.com/2011/04/media-audio-dan-video-untuk-pembelajaran.pdf),
diakses 20 November 2013.
Anderson, R.H. 1987. Pemilihan
dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Anonim. Tanpa Tahun. Buku
Ajar Media Pembelajaran. (Online),
(http://paud.unnes.ac.id/v3/download/BUKU%20AJAR_MEDIA%20PEMBELAJARAN.pdf),
diakses 20 November 2013.
Sadiman, A.S., Rahardjo, R.,
Haryono, A., dan Rahardjito. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Firdaus, H. 2013. Dale’s
Cone of Experiences. (Online), (http://hashemi-firdaus.blogspot.com), diakses
23 November 2013.
Heinich, R., Molenda, M., Russell,
J.D., dan Smaldino, S.E. 2002. Instructional Media and Technologies for
Learning. New Jersey: Merrill Prentice Hall.
Pusat Pengembangan Penataran Guru
Bahasa. 2004. Media Pembelajaran. (Online),(http://repository.upi.edu/2069/8/T_BIND_1101260_Chapter5.pdf),
diakses 23 November 2013.
Riyana, C. 2012. Media
Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian
Agama Republik Indonesia.
Saefulloh. 2012. Apa Itu
Media Audio. (Online), (http://saefulloh1.blogspot.com/2012/06/apa-itu-media-audio.html),
diakses 20 November 2013.
Sungkono. 2008. Pengembangan
Bahan Pembelajaran. (Online),
(http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/Pengembangan%20Bahan%20Pembelajaran/BAC/pengembangan_bahan_pembelajaran_5.pdf),
diakses 20 November 2013.
Konsultasi & Pembuatan Media Pembelajaran, Game Edukasi, Animasi, Kuis, Presentasi, Template & Source Code Flash
BalasHapusPSC Indonesia
WA. 0815 797 4549
BBM. 7585807C
www.pscindonesia.com