Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Perkembangan Kognitif menurut Piaget dan Vygotsky

Teori Perkembangan Kognitif menurut Piaget dan Vygotsky



1. Perkembangan Kognitif menurut Piaget 


a. Sekilas tentang Piaget


Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agusts 1896 di Neutchatel Swiss. Ayahnya adalah seseorang ahli sejarah dengan spesialisasi sejarah abad pertengahan. Ibunya adalah seorang yang dinamis, intellegen, dan taqwa (Suparno, 2001:11). Pada tahun 1916, Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana bidang biologi di Universitas Neuchatel. Pada usia 21 tahun ia telah menyelesaikan disertasi tentang moluska dan memperoleh gelar doctor filsafat. Setelah menyelesaikan pendidikan formal, Piaget memutuskan untuk mendalami psikologi di Zurich. Pada tahun 1919, ia meninggalkan Zurich dan pergi ke Paris. Selama dua tahun, ia tinggal di Universitas Sorbonne, belajar psikologi klinis,logika, serta epistemology. Pendalamnya tentang filsafat meyakinkannya bahwa perlunya pemikiran spekulasi murni dilengkapi dengan pendekatan ilmu pengetahuan yang faktual.


Pada tahun 1920, Piaget bekerja bersama Dr. Theophile Simon di laboratorium Binet di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran yang kemudian diujikan. Dari hasil uji yang diperolehnya, ia menyimpulkan bahwa perbedaan jawaban yang ada disebabkan oleh perbedaan intelegensi peserta. Berdasarkan pengalaman membuat tes tersebut, Piaget mendapatkan tiga pemikiran penting yang mempengaruhi berpikirnya dikemudian hari.Pertama, Piaget melihat bahwa anak yang berbeda umurnya menggunakan cara berpikir yang bebeda. Inilah yang mempengaruhi pandangan Piaget mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak.Kedua, metode klinik digunakannya untuk mengorek pemikiran anak secara lebih mendalam. Metode inilah yang dikembangkan Piaget dalam studinya tentang perkembangan kognitif anak. Ketiga, Piaget berpikir bahwa pemikiran logika abstrak mungkin relevan untuk mememahami pemikiran anak. Menurutnya, operasi-operasi logika yang ada dalam pemikiran deduksi berkaitan dengan struktur mental tertentu dalam diri anak. Ia mencoba untuk menemukan bagaimana pemikiran sangat berkaitan dengan logika. Ciri pemikiran deduksi logis (abstrak dan hipotesis) ini menjadi salah satu ukuran tertinggi Piaget dalam menentukan tahap-tahap perkembangan kognitif anak.


Pada tahun 1921, Piaget diangkat sebagai direktur penelitian di Institut Jean-Jacques Rousseu di Geneva. Di situ ia memperole kesempatan untuk mempelajari pemikiran anak. Hasil penelitiannya banyak dipublikasikan pada tahun 1923-1931.


Selama penelitian, Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan antara proses pemikiran anak dengan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu tiruan (replika) dari orang dewasa. Anak buka hanya berpikir kurang efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang dewasa. Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa. Piaget juga mencoba menemukan sebab-musabab perkembangan kognitif.


Pada tahun 1920-1930, Piaget meneruskan penelitiannya dalam bidang perkembangan kognitif anak. Bersama dengan istrinya, ia meneliti ketiga anaknya sendiri yang lahir pada tahun 1925, 1927, dan 1931. Hasil pengamatan terhadap anak-anaknya ini dipublikasikan dalam The Original of Intelligence in Children dan the Consruction of Realitytentang tahap sensorimotor. Studinya tentang masa kanak-kanak meyakinkan Piaget bahwa pengertian dibentuk dari tindakan anak dan bukan dari bahasa anak.


Pada tahun 1940-an, Piaget tertarik untuk meneliti persepsi psikologiGestalt. Ia memperluas pengertian persepsi tidak hanya sebagai suatu proses tersendiri, tetapi juga berhubungan dengan inteligensi. 


Sejak tahun 1943, Piaget dengan teman-temannya menerbitkan banyak buku dan laporan tentang persepsi. Puncaknya adalah buku The Mechanism of Perception pada tahun 1961. buku ini menjelaskan tentang struktur, proses, serta relasi antara pesepsi dengan inteligensi seseorang. Atas anjuran Einstein, pada tahun 1940 Piaget meneliti tentang pengertian anak tentang waktu, kecepatan, dan gerak. Sebagai hasil penelitian tersebut, ia mempublikasikan dua buku, The Child’s Conception of Timedan The Child’s of Movement and Speed. Sesudah perang dunia kedua, penghargaan akan karya Piaget mulai tersebar ke seluruh dunia. Ia menerima gelar kehormatan dari banyak Universitas, seperti Universitas Harvard di Cambridge, Universitas Sorbonne di Paris, dan beberapa Universitas di Belgia dan Brasilia.


Pada tahun 1950, Piaget banyak meneliti dan menulis tentang perkembangan inteligensi manusia. Ia juga mangaplikasikan hasil penemuan psikologis tersebut dalam persoalan epistemology. Ditahun yang sama, ia mempublikasikan seri epistemology genetic. Buku ini merupakan sintesis pemikirannya akan beberapa aspek pengetahuan, termasuk matematika, fisika, psikologi, sosiologi, biologi, dan logika. Di antara tahun 1950-1960 , Piaget banyak mempublikasikan bukunya terutama berisi tentang perkembngan kognitif.


Hingga pada tahun 1969, Piaget menerbitkan “The Psychology of the Child” yang diperuntukkan bagi kalangan umum yang ingin mengetahui pemikirannya. Ini adalah semacam ringkasan teori Piaget tentang perkembangan intelektual dan persepsi. Pada tahun yang sama, ia juga menerbitkan “Mental Imaginary in the Child”. Buku ini menjelaskan perkembangan gambaran mental dan hubungannya dengan perkembangan inteligensi. Pada tahun 1967, ia mempublikasikan“Biology and Knowledge”,sebuah buku yang berkaitan dengan hubungan antara faktor biologi dengan proses kognitif. Piaget pensiun dari Institut Rousseau pada tahun 1971. Meskipun demikian, ia tetap aktif menulis dan menerbitkan banyak buku. Piaget meninggal pada tanggal 16 September 1980 di Geneva.

b. Terjadinya Perkembangan Kognitif dan Prinsip Dasar Teori Piaget

Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembanganjiwa).


Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.


Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, yaitu :

1. Fisik

Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuanbaru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untukmengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapatmemanfaatkan pengalaman tersebut.

2. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anakmemperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematanganmembuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontakdengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.

3. Pengaruh sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif


4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dariindividu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial danperkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalansecara terpadu dan tersusun baik.
Aspek Inteligensi
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :

1. Struktur Disebut juga scheme (skemata/Schemas). Struktur & organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yg dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya (Flavell, Miller & Miller) 2 hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur kognitif :


a. seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.


b. lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembangastruktural.


2. Isi / content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa yg anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur & fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.


3. Fungsi/ fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui proses organisasi & adaptasi. Organisasi: cenderung untuk mengintegrasi diri & dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.


Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara :


a. Organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar & mencocokkannya ke dalam struktur yg sudah ada. contoh: manusia mengasimilasi makanan dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yg mereka makan menjadi bagian dari diri mereka.

b. Organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Proses ini disebut akomodasi. Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan lambung untuk menghancurkannya & kontraksi lambung mencernanya secara involunter.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.

c. Tahap-tahap Perkembangan menurut Piaget


1 Sensorimotor Stage (Birth to Age 2)

Masa ketika bayi mempergunakan sistem pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24)

Piaget membagi tahap sensori motor dalam enam periode:

a. Refleks (umur 0-1 bulan)

Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan. Contoh: refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-lain.


b. Kebiasaan (umur 1-4 bulan)


Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan.


Contoh: seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu jari.


c. reproduksi kejadian yang menarik (4-8 bulan)


Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.


Misal, diatas ranjang,seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang. Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang sama.


d. koordinasi skemata (8-12 bulan)


Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.


Contoh: seorang bayi diberi mainan tetapi letakknya jauh. Di dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut.


e. eksperimen (12-18 bulan)


Mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen.


Contoh: anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan memakannya.


f. representasi (18-24 bulan)


Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya.


Misal: Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi diseberangknya. Ia pergi di sisi lain dan memindahkan kursi yang menghambat tersebut, padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada dibelakangpintu tersebut, meskipun ia tidak melihat.


Secara umum dapat disimpulkan tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun. Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :


1. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.


2. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.


3. Suka memperhatikan sesuat lebih lama.


4. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.


5. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya


( Budiningsih, 2004:37).


2 Preoperational Stage (Ages 2 to 7)


Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Misal, seseorang anak yang pernah melihat dokter berpraktek, akan dapat bermain “dokter-dokteran” (Sunarto, 2008:24).


Piaget membagi perkembangan kognitif tahap praoperasional dalam dua bagian:


a. Umur 2-4 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran logis


Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal.dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan dengan tandanya sendiri misalnya anak bermain pasar pasaran dengan uang dari daun.”daun”di sini sebagai tanda ,sedangkan “uang”adalah yang di tanda kan.dalam kenyataan daun dan uang tidak sama.dalam pengertian”indeks” dan “sinyal” tidak di bedakan antara tanda dan objek yang di tandakan. Piaget juga membedakan antara “simbol” dan “tanda”. Simbol adalah suatu hal yang lebih menyamai dengan yang di simbolkan seperti gambaran dan bayangan . tanda lebih merupakan sembarang benda yang di guna kan tanpa ada kesamaan dengan yang di tandakan.


b. Umur 4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif


Menurut piaget (1981) pemikiran anak pada umur 4 -7 tahun berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional . tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami oprasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirif dengan tahap sensorimotor


Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar tetapi tanpa di nalar terlebih dahulu . kelemahan pemikiran ini adalah bahwa pemikiran nya searah


(centred) dimana anak hanya dapat melihat dari satu segi saja.dalam pemikiran ini anak belum dapat melihat pluralitas gagasan tetapi hanya satu persatu. apabila beberapa gagasan di gabungkan pemikiran anak menjadi kacau . anak pada tahap ini belum dapat berpikir decentred yaitu melihat berbagai segi dalam setu kesatuan


3 Concrete Operational Stage (Ages 7 to 11)


Tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.


Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.


Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak (Budiningsih, 2004: 38-39)


Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :


1) Pengurutan: kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.


2) Klasifikasi:kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)


3) Decentering: anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.


4) Reversibility: anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. 


5) Konservasi: memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.


6) Penghilangan sifat Egosentrisme: kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. 


4 Formal Operational Stage (Age 11 to Adulthood)


Tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini mereka sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu. Misal, Ia dapat mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan seperti: Kalau mobil A lebih mahal daripada mobil B, sedang mobil C lebih murah daripada mobil B, maka ia dapat menyimpulkan mobil mana yang paling mahal dan yang mana yang paling murah.


Keempat tahapan di atas secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


1) Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi


urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada


urutan yang mundur.


2) Universal (tidak terkait budaya)


3) Bisa digeneralisasi : representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan


4) Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis


5) Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)


6) Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model


berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif


Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada :


1) Berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.


2) Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.


3) Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya , yang mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.


4) Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.


5) Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodivikasi pengetahuan awal mereka.


6) Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori Piaget ini.


7) Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.


d. Implementasi Teori Perkembangan Piaget Terhadap Pembelajaran


Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehingga perkembangan intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan (Wilis, 1989).


Implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :


1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak


2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.


3. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.


4. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.


Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :


1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.


2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.


3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.


4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda. 


e. Kritik terhadap Teori Piaget


Berikut ini adalah beberapa pandangan atau kritik terhadap teori Piaget.


1. Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget. 


2. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan.


3. Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua.

4. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.




2. Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky


Lev Semionovich Vygotsky (1896-1934) merupakan psikolog Rusia yang sezaman dengan Piaget. Dia menulis di Uni Soviet antara tahun 1920 hingga tahun 1930-an, namun teorinya baru dipublikasikan di Amerika pada tahun 1960-an. Sejak saat itulah tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh dalam perkembangan psikologi. Vygotsky adalah pengagum Piaget, dia sependapat dengan teori Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, namun Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya (sosioculture). 


Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. 


Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak akan berkembang melalui kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Sehingga menurutnya perkembangan anak tidak berkembang tanpa adanya situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa perkembangan anak yang dilakukan melalui interaksi sosial dan budaya dapat membantu anak dalam berfikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah seperti seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran dengan menggunakan temuan-temuan masyarakat. Perkembangan kognitif sosial anak merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena merupakan kawasan yang membutuhkan pemrosesan yang sangat serius dalam membentuk karakter dalam rangka meningkatkan potensi ingatan dan penalaran yang lebih baik. Untuk memaksimalkan perkembangan, seharusnya anak dapat bekerja dengan orang dewasa atau anak-anak lain yang lebih terampil (lebih dewasa) yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.


Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang. Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.


1. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)


Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak lain yang terlatih. Vygotsky membedakan antara aktual development dan potensial development pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau anak-anak lain. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan anak-anak lain.


Menurut Vygotsky, ZPD merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika anak mengerjakan pekerjaannya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. 


2. Scaffolding


Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.


Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri


3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Pembelajaran Kooperatif adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau saling membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif merupakan penerapan dari teori Vygotsky, dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya anak bekerja secara berkelompok untuk melakukan kerja sama saling membantu dan berinteraksi dalam menyelesaikan tugas kelompoknya. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dilakukan dengan kegiatan kelompok, dimana setiap anggota kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Melalui pembelajaran kooperatif, anak dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan bahasa anak sebagai implikasi dari interaksi yang dilakukan dengan anak-anak lain.

4. Aplikasi Teori Vygotsky dalam Pembelajaran 


Aplikasi teori Vygotsky dalam penerapannya dalam pembelajaran mempunyai dua implikasi yang penting dalam pembelajaran. 


a. Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif, pengelompokan siswa dilakukan mengacu pada tingkat kemampuan siswa yang berbeda. Tutorial yang dilakukan antara anggota kelompok dapat efektif meningkatkan perkembangan siswa dalam Zone of Proximal Development.


b. Penerapan scaffolding dengan bantuan guru dimaksudkan agar siswa dapat mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.


5. Penerapan Teori Vygotsky dalam Kelas


Vygotsky menjelaskan ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa dalam melewati ZPDnya dalam pembelajaran yaitu:


1. Instruksi perlu direncanakan guru untuk memberikan latihan dalam ZPD anak baik secara individu atau kelompok. 


2. Kegiatan pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dalam kelompok anak-anak yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda sehingga dapat membantu belajar anak satu sama lain


3. Pemberian scaffolding kepada siswa berupa bantuan pada awal kegiatan, untuk selanjutnya mengurangi bantuan-bantuan tersebut agar siswa lebih bertanggung jawab dengan tugas yang diberikannya.


Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam Zone of proximal developmnet dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.


2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.


3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai


Pembelajaran akan lebih efektif tatkala seorang guru mengajar dengn menggunakan teori vygotsky sebagai landasan, bentuk pembelajaran yang dimaksud adalah :


a. Sebelum mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas bawah sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur mteri pembelajaran. Implikasinya guru lebih akuat tatkala menyusun strategi mengajarnya, sehingga tidak melulu selalu memberikan bimbingan kepada siswa. Dampak pengiringnya adalah siswa dapat belajar sampai tingkat keahlian yang diharapkan dan mencapai ZPD pada batas atas.


b. Untuk mengembangkan pembelajaran yang komunitas seorang guru perlu memanfaatkan tutor sebaya didalam kelas.


c. Dalam pembelajaran seorang guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri, sehingga mereka dapat mencapai keahlian pada batas atas ZPD.


3. Perbedaan Teori Kognitif Piaget dan Vygotsky

Membicarakan psikologi pendidikan dan aspek-aspek yang dipelajari di dalamnya memang sangat menarik. Salah satunya adalah bila kita mencoba mendalami tentang teori Piaget dan teori Vygotsky. Berkaitan dengan perkembangan kognitif, dua ahli terkenal di bidang ini, yaitu Piaget dan Vygotsky mempunyai perbedaan pendapat tentang bagaimana egosentris dan bicara terhadap diri sendiri pada anak. Tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Vygotsky, berkaitan dengan perkembangan kognitif. Perbedaan kedua teori mencakup hal-hal yang berkaitan dengan egosentris dan bicara sendiri pada anak-anak.

Tabel Perbedaan Teori Piaget dan teori Vygotsky 


tentang Egosentris dan Bicara Sendiri (Self Talk)

Pembeda 


Teori Piaget 


Teori Vygotsky 


Signifikansi Perkembangan 

Merupakan ketidakmampuan untuk mengambil perspektif orang lain dan terlibat dalam komunikasi timbal balik. 


Merupakan pemikiran eksternal, fungsinya adalah untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk bimbingan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri. 

Proses Perkembangan 

Berkurang dengan bertambahnya usia. 

Bertambah pada usia yang lebih muda dan kemudian secara bertahap lenyap secara audial sehingga menjadi pemikiran verbal internal. 

Hubungan dengan Bicara Sosial 

Negatif; anak yang kurang bersosialisasi dan matang secara kognitif menggunakan lebih banyak bicara egosentris. 

Positif, bicara sendiri mengembangkan kemampuan sosial anak dengan orang lain. 



DAFTAR RUJUKAN

Dahar R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiningsih A, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Gunawan, B. 2012. Penerapan Teori Vygotsky dalam Kegiatan Belajar Mengajar. (Online), (http://www.kompasiana.com), diakses tanggal 14 September 2013
Lora, Y. 2012. TeoriPerkembangan Kogitif Vygotsky. (Online), (http://lorayani.blogspot.com), diakses tanggal 14 September 2013
Slavin, R.E. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice. United State of America: Pearson
Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

1 komentar untuk "Teori Perkembangan Kognitif menurut Piaget dan Vygotsky"

  1. Keren banget postingannya!!
    Thanks yaaa... lumayan nih buat ngerjain tugas dosen.... :D

    BalasHapus