Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MEDIA PEMBELAJARAN YANG TIDAK TEPAT : GAGAL KONTEKS DAN KONTEN


MEDIA PEMBELAJARAN YANG TIDAK TEPAT : GAGAL KONTEKS DAN KONTEN


Dalam suatu pembelajaran, keberadaan media pembelajaran diharapkan mampu memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari. Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat membantu proses belajar siswa dengan cara mentransformasikan materi pelajaran ke dalam pemahaman bermakna siswa. Kehadiran media di dalam proses pembelajaran tidak lain supaya siswa mudah mempelajari materi pelajaran yang sedang diajarkan serta membuatnya menjadi nyata untuk dipahami.

Media pembelajaran juga merupakan bentuk kreativitas seorang guru/pendidik dalam memahamkan siswanya. Guru yang kreatif akan berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan media pembelajaran. Disamping menunjang pemahaman secara langsung pada siswa, media pembelajaran juga dapat mengatasi rasa kebosanaan dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran diklaim memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan minat belajar siswa, sesuai dengan penelitian yang banyak dilakukan selama ini.

Banyak penelitian tindakan kelas (PTK) dan eksperimen memanfaatkan media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Kebanyakan dari penelitian tersebut hasilnya adalah media pembelajaran memang memilki andil yang mumpuni dalam menunjang proses pembelajaran, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Media pembelajaran memperkuat daya ingat siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

Singkat kata media pembelajaran adalah alat yang mampu membantu pemahaman siswa. Kenapa demikian? Jelas saja, karena media pembelajaran dapat menghadirkan sesuatu yang mungkin tidak akan pernah bisa dihadirkan di dalam kelas. Contohnya, guru hendak mengajarkan siswa tentang tata surya, maka tidak mungkin guru mampu menghadirkan ruang angkasa lengkap dengan sistem tata surya, galaxy dan sebagainya. Guru dapat  menggunakan media audiovisual atau gambar untuk menghadirkannya di dalam kelas. Seperti itulah pentingnya media dalam pemahaman yang paling dasar.

Seiring dengan banyaknya penggunaan media pembelajaran, terkadang sering terlupakan keefektifan dan efisiensi penggunaannya. Dalam penggunaan media pembelajaran, tentunya kita harus menganalisis terlebih dahulu sesuai kebutuhan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisasi kegagalan di dalam penggunaan media pembelajaran. Sebab, kegagalan di dalam penggunaan media, sama saja tidak menggunakan media. Atau bahkan justru membuat pemahaman siswa kita terdiversifikasi. Lalu, gagal seperti apa yang dimaksud? Gagal dalam hal ini dapat berupa kegagalan dalam konteks ataupun dapat pula gagal secara konten.

Gagal secara konteks merujuk pada kegagalan di dalam situasi dan kondisi penggunaan media pembelajaran. Seperti kita ketahui bersama, bahwa di dalam proses pembelajaran terciptalah yang namanya lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang paling kecil adalah ruang kelas. Terdapat pula lingkungan yang lebih luas lagi serta dapat mendukung proses pembelajaran seperti lingkungan sekitar sekolah atau lingkungan masyarakat. Lingkungan tersebut menjadi salah satu faktor kuat dalam proses belajar siswa, apalagi yang langsung berkaitan nyata dengan yang dilakukan. Siswa akan mudah memahami pelajaran yang dilakukan.

Contoh nyata dalam kegagalan konteks dapat berupa kegagalan dalam konteks lingkungan belajar. Misalkan, guru hendak mengajak siswa belajar tentang lingkungan biotik dan abiotik. Guru membawa media ke dalam ruang kelas berupa katak, cicak, jangkrik, bunga, rumput, batu, tanah, air dan sebagainya. Tentu yang dilakukan guru tidaklah salah, namun dari segi konteksnya tentu masih belum relevan. Dalam konteks pembelajaran lingkungan biotik dan abiotik, maka yang paling tepat adalah mengajak siswa ke luar kelas. Lalu mereka diajak melakukan pengamatan dan klasifikasi mana yang termasuk lingkungan biotik dan abiotik dari lingkungan sekitar sekolahnya.


Selanjutnya, gagal secara konten adalah suatu kegagalan yang amat fatal. Di mana guru menyajikan media yang tidak relevan dengan materi pelajaran yang diajarkan. Bukannya membantu pemahaman siswa, justru media tersebut dapat membuat siswa semakin bingung memahami materi pelajaran. Siswa malah terfokus pada media pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi tersebut. Hal ini tentunya akan berdampak pada proses pembelajaran yang dilakukan.

Misalkan saja, guru hendak mengajak siswa untuk belajar materi bilangan bulat. Guru lalu membawa media berupa kelereng.  Untuk menjelaskan bilangan bulat positif guru memberi perumpamaan sebagai menabung. Lalu, bilangan negatif dengan meminjam. Maka dalam konteks pembelajaran bilangan bulat tersebut, siswa amat sangat rentan dengan pemahaman yang ambigu. Di mana siswa bisa saja memahaminya sebagai aritmatika dasar yaitu penjumlahan dan pengurangan. 

Yang terjadi jika sudah sepertinya ini adalah bukannya membuat mereka paham, malah kita membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran yang lain. Maka yang lebih mudah dipahami untuk mengajarkan bilangan bulat adalah dengan gambar garis bilangan. Dalam ini dapat diambil sebuah pemahaman bahwa pemilihan media pembelajaran tidak boleh lepas dari konteks dan konten yang akan diajarkan guru pada siswa.

1 komentar untuk "MEDIA PEMBELAJARAN YANG TIDAK TEPAT : GAGAL KONTEKS DAN KONTEN"