Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Komunitas Pembelajar Pada Era Globalisasi

         Komunitas Pembelajar Pada Era Globalisasi


 Manusia yang hidup di era globalisasi adalah masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan dari manusia modern dengan sifatnya yang rasional, berorentasi ke depan, terbuka, menghargai waktu, mandiri, inovatif, kreatif juga mampu bersaing serta menguasai berbagai metode dalam memecahkan masalah. Ketika manusia memasuki era globalisasi mereka akan tersegmentasi, menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok pemenang (the winners) dan kelompok pecundang (the losers). 

Kelompok pemenang adalah mereka yang terdidik, otonom secara pribadi, berketrampilan, berdaya adaptabilitas tinggi, memiliki ekonomi yang kuat dan menguasai multi akses. Sebaliknya kelompok pecundang adalah mereka yang berekonomi lemah, berpendidikan rendah, tidak memiliki ketrampilan yang memadai, akses informasi yang terbatas.
Lima pilar pembelajar yang dituntut pada era globalisasi sebagai berikut:

a.    Rasa ingin tahu, ini merupakan awal seseorang untuk menjadi manusia berpengetahuan. Manusia yang memiliki rasa ingintahu tinggi adalah pembelajar sejati.

b.    Optimisme, modal dasar bagi seseorang untuk tidak mudah menyerah dengan aneka situasi. Adakalanya karena pesimis, tiba-tiba orang menghentikan usaha atau perjuangannya ketika sesungguhnya keberhasilan itu sudah amat dekat untuk dicapai.

c.    Keikhlasan, orang-orang yang iklas nyaris tidak mengenal lelah. Dia selalu bergairah pada setiap keadaan. Banyak siasat atau strategi atau akal baru yang dihasilkan ketika dia berpikir dan memutuskan untuk berbuat.

d.    Konsistensi, begitu banyak orang bekerja dalam format keras kerak, yang tersiram air sedikit saja menjadi lembek, tergoda dengan hal baru, lalu meninggalkan keputusan yang telah dibuat dan tengah dicoba dijalankan, dan sebagainya.

e.    Pandangan visioner, pandangan jauh ke depan, melebihi batas-batas pemikiran orang kebanyakan. Mereka yang termasuk kelompok ini jarang sekali tergoda untuk melakukan apa saja demi hasil yang instan, mengejar target jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.

Sumber daya manusia merupakan unsur terpenting dalam melaksanakan pembangunan secara keseluruhan, karena itu keberhasilan proses pembangunan dan kemampuan suatu bangsa atau daerah untuk bersaing dengan bangsa lain sangat tergantung pada kesiapan sumber daya manusia itu sendiri. Berkaitan dengan era globalisasi maka dibutuhkan kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas yakni sumberdaya manusia yang memliki:
a.    Kemampuan mencari informasi
b.    Kemampuan mengolah informasi
c.    Kemampuan menganalisis dan menyimpulkan informasi
d.    Kemampuan menggunakan informasi

Globalisasi telah melahirkan tekanan-tekanan, di mana manusia ungul secara mutu akan menjadi pemenang (the winner) dan yang lemah akan menjadi pecundang  (the loser). Label pemenang atau pecundang seakan-akan mengiring kita untuk menerima realitas, bahwa pada kehidupan manusiapun telah menjadi hukum rimba.

 Sumber daya manusia pada masa akan datang harus menguasai berbagai kemampuan yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan kerja sama, kemampuan daya pikir dan analisis yang kuat serta kepemilikan informasi yang luas dan dalam. Kemampuan SDM masa depan harus di persiapkan oleh lembaga pendidikan agar SDM memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan era globalisasi. Untuk itu ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM agar dapat bersaing di era globalisasi yaitu:
1.    Kemampuan dasar (daya pikir, daya kalbu dan daya fisik)
 Kemampuan instrumental dan fungsional, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi, penggunaan sumber daya, kemampuan kerja sama dan kemampuan penggunaan informasi. Dari berbagai pendapat diatas, maka SDM pada masa depan harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga memiliki :
a.         Kemampuan yang berkaitan dengan informasi (mencari, mengolah, memanfaatkan dan mengkomunikasikan) mengingat era pasar bebas maka informasi dan pengkomunikasian informasi lebih banyak menggunakan bahasa asing, sedangkan pengolahan informasi lebih cendrung menggunakan teknologi elektronika (high touch), maka tuntutan bahasa asing akan menjadi tantangan tersendiri dalam kaitanya dengan kemampuan ini.
b.        Kemampuan dasar yang mencakup kemampuan daya pikir kritis, daya kalbu dan daya fisik yang sehat, sehingga dapat menunjang kepemilikan kemampuan dasar.
2.    Kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.    Kemampuan pengelolaan lingkungan dan sumber daya.
4.    Kemampuan komunikasi dan kerjasama.

   Gardner mengemukakan 5 kemampuan pikir yang diperlukan untuk era globalisasi yang disebutnya dengan istilah Five Minds For The Future. Kemampuan pikir tersebut adalah sebagai berikut:
a.         The Desciplined  Mind, yaitu kemampuan berpikir yang digunakan seseorang yang tengah menekuni sesuatu bidang tertentu. Kemampuan ini adalah ketangkasan/keterampilan belajar dan  mempelajari bidang tertentu  sehingga menjadi sesuatu yang melekat pada dirinya.

b.        The Synthesizing Mind, yaitu kemampuan seseorang mengumpul, memahami serta mensintesakan berbagai informasi yang dibutuhkannya untuk meningkatkan derajat kehidupannya. Dengan kemampuan ini seseorang akan dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari secara aktif, kreatif, inovatif dan produktif.

c.         The Creating Mind, yaitu kemampuan seseorang menggunakan berbagai informasi  yang telah dipahaminya untuk memecahkan permasalahan  atau menghasilkan produk yang bermanfaat, bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi lingkungan masyarakatnya.

d.        The Respectful Mind, yaitu kemampuan dan kesediaan seseorang untuk menghargai cara berpikir dan bertindak  orang lain yang berbeda dengan dirinya. Kemampuan ini juga juga mensyaratkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Ini  berarti sesuai dengan 4 pilar belajar dari Unesco khususnya Learning to life to gather.

e.         Ethical Mind, yaitu kesediaan seseorang  menjunjung tinggi nilai-nilai etika yang universal. Kemampuan ini merujuk pada perlunya pembelajaran karakter (character building) bagi para peserta didik. Dengan demikian seseorang peserta didik  tidak akan pernah tercabut  dari akar budaya masyarakatnya, bangsa dan negaranya.


Daftar Pustaka
Nikolopoulou,A. 2010. Education for Sustainable Development: challenges, strategies, and practices in a globalizing world. New Delhi: Vivek Mehra
Rachman, A. 2002. Kualitas Pendidikan Harus Dimaksimalkan. Media Indonesia
Sztompka, P. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Terjemahan Alimandan. Jakarta: Prenada
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya
Toffler, A.1992. The Future Shock. Terjemahan Hermawan Sulistyo. Jakarta: Pantja Simpati

Posting Komentar untuk "Komunitas Pembelajar Pada Era Globalisasi"