Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR 


A.      Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model Kemp
Menurut Kemp et al.(1994), pengembangan bahan ajar merupakan suatu siklus yang kontinum. Pengembangan bahan ajar model ini dapat dimulai dari langkah manapun sesuai dengan siklus tersebut. Oleh karena itu, model pengembangan bahan ajar Kemp ini dapat memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari langkah manapun sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Beberapa langkah dalam penyusunan bahan ajar (dalam Kemp et al, 1994), yaitu.
1.        Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)
Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan dalam kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi dilapangan.
2.        Analisis Karakteristik Siswa (Leaner Characteristics)
Mengetahui karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individual maupun berkelompok.

3.        Analisis Tugas (Task Analysis)
Merinci isi mata pelajaran dalam bentuk garis besar untuk menguasai isi bahan kajian atau mempelajari keterampilan yang mencakup keterampilan kognitif, keterampilan psikomotor, dan keterampilan sosial. 
4.        Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)
Mendesain kegiatan pembelajaran, kerangka kerja dalam mengevaluasi hasil belajar siswa dan panduan siswa dalam belajar.
5.        Menyusun Materi Pembelajaran (Content Squencing)
Mengurutkan isi pokok bahasan berdasarkan pengetahuan prasyarat, familiaritas, kesukaran, minat serta perkembangan siswa.
6.        Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
Memilih strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan.
7.        Pemilihan Media atau Sumber pembelajaran (Instructional Delivery)
Tujuan dari langkah ini adalah untuk memilih media atau sumber pembelajaran sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran dan media yang dipilih.
8.        Instrumen Penilaian (Evaluation Instrument)
Menyusun instrumen penilaian untuk menilai hasil belajar yang disusun berdasarkan tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan sehingga kriteria yang digunakan adalah penilain acuan patokan.
9.        Sumber Pembelajaran (Instructional Resources)
Melihat ketersediaan secara komersial, biaya pengadaan, waktu untuk menyediakannya serta menyenangkan bagi siswa dalam membuat media atau  sumber pembelajaran.
10.    Pelayanan Pendukung (Support Services)
Menentukan keberhasilan pengembangan bahan ajar dengan memperhatikan ketersediaan anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, kemampuan staf, pengajar, perancang pembelajaran, pakar, dan lain sebagainya
11.    Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)
Penilaian yang dilakukan setiap selesai satu unit proses pembelajaran untuk memberi informasi kepada pengajar atau tim pengembang seberapa baik program ini mencapai sasaran.
12.    Penilaian Sumatif (Summative Evaluation)
Penilaian yang digunakan untuk menilai sejauhmana tujuan instruksional telah dicapai di akhir program pembelajaran.
13.    Revisi Perangkat Pembelajaran (Revision)
Mengevaluasi dan memperbaiki perangkat pembelajaran yang dikembangkan. secara terus menerus pada setiap langkah pengembangannya.

B.       Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model Gagne dan Briggs
Gagne & Briggs (dalam Effendi, 2012:http://saipuleffendiipunk.blogspot.
com) menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar berorientasi pada rancangan sistem yang dilaksanakan oleh pengembang sehingga mengutamakan prinsip keselarasan antara tujuan yang akan dicapai, strategi untuk mencapai, dan evaluasi keberhasilan. Beberapa langkah dalam pengembangan bahan ajar menurut Gagne & Briggs yaitu:
1.        analisis dan identifikasi kebutuhan,
2.        penetapan tujuan umum dan khusus,
3.        identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan,
4.        merancang komponen dari sistem,
5.        analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c) kendala-kendala,
6.        kegiatan untuk mengatasi kendala,
7.        memilih atau mengembangkan materi pelajaran,
8.        merancang prosedur penelitian murid,
9.        uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru,
10.    penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut,
11.    evaluasi sumatif, dan
12.    pelaksanaan operasional.

C.      Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model Borg dan Gall
Brog & Gall (dalam Aka, 2013:http://belajarpendidikanku.blogspot.com) menyatakan bahwa pengembangan ajar merupakan usaha untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang dipakai dalam penelitian. Beberapa langkah dalam mengembangkan bahan ajar menurut Brog & Gall adalah.
1.    Melakukan Penelitian dan Pengumpulan Informasi (Research and Information Collecting).
Mengumpulkan sumber rujukan, melakukan pengamatan kelas serta mengidentifikasi permasalahan di lapangan.
2.    Melakukan Perencanaan (Planning)
Mengidentifikasi dan mendefinisikan keterampilan, penetapan tujuan, penentuan urutan dan uji coba pada skala kecil.
3.    Mengembangkan Bentuk Awal Produk (Develop Preliminary Form of Product)
Menyiapkan materi pembelajaran, menyusun buku pegangan, dan perangkat evaluasi.
4.    Melakukan Uji Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Melakukan uji coba tahap awal, dilakukan pada 1-3 sekolah menggunakan 6-12 subjek.
5.    Melakukan Revisi Produk Utama (Main Product Revision)
Merevisi produk utama berdasarkan masukan dan saran dari hasil uji coba lapangan awal.
6.    Melakukan Uji Lapangan untuk Produk Utama (Main Field Testing)
Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 5-15 sekolah, dengan 30-300 subjek.
7.    Melakukan Revisi Produk Operasional (Operational Product Revision)
Merevisi produk operasional berdasarkan saran dan masukan hasil uji coba lapangan utama.
8.    Melakukan Uji Lapangan terhadap Produk Final (Operational Field Testing)
Melakukan uji coba lapangan operasional, dilakukan sampai 10-30 sekolah, melibatkan 40-200 subjek.
9.    Melakukan Revisi Produk Final (Final Product Revision)
Merevisi produk final berdasarkan hasil uji lapangan sebagai upaya perbaikan dan penyempurnaan produk yang dikembangkan.
10.    Diseminasi dan Implementasi (Dissemination and Implementation)
Penyampaian hasil pengembangan (proses, program, produk) kepada para pengguna yang professional melalui forum pertemuan atau menuliskan dalam jurnal atau dalam bentuk buku atau handbook.

D.    Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Smaldino et al (2008) perencanaan pembelajaran model ASSURE meliputi 6 tahapan sebagai berikut:
1.      Analyze Learners
Tahap pertama adalah menganalisis siswa. Pembelajaran biasanya kita lakukan kepada  sekelompok siswa yang mempunyai karakteristik tertentu. Ada 2 karakteristik yang sebaiknya diperhatikan pada diri siswa, yaitu:
a.       Karakteristik Umum
Karakteristik umum meliputi usia, tingkat perkembangan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis, kebudayaan, dan faktor sosial ekonomi.

b.      Spesifikasi Kemampuan Awal (karakteristik khusus)
Berkenaan dengan pengetahuan dan kemampuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Informasi ini dapat kita peroleh dengan memberikan entry test/entry behavior kepada siswa sebelum kita melaksanakan pembelajaran.

2.      State Standards and Objectives
Tahap kedua adalah merumuskan standar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Standar diambil dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sudah ditetapkan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a.       Gunakan format  ABCD
b.      Mengklasifikasikan Tujuan
c.       Perbedaan Individu
3.      Select Strategies, Technology, Media, And Materials
Tahap ketiga adalah memilih strategi, teknologi, media dan bahan pembelajaran yang sesuai. Strategi pembelajaran harus dipilih apakah yang berpusat pada siswa atau berpusat pada guru sekaligus menentukan metode yang akan digunakan.
4.      Utilize Technology, Media and Materials
Tahap keempat adalah menggunakan teknologi, media dan material. Pada tahap ini melibatkan perencanaan dan peran kita sebagai guru dalam menggunakan teknologi, media dan materi. Untuk melakukan tahap ini ikuti proses “5P”, yaitu:
a.       Mengkaji Bahan Ajar (Preview the Materials)
b.      Menyiapkan Bahan Ajar (Prepare the Materials)
c.       Menyiapkan Lingkungan Belajar (Prepare Environment)
d.      Menyiapkan Peserta Didik (Prepare the Learner)
e.       Menentukan Pengalaman Belajar (Provide the Learning Experience)
5.      Require Learner Participation
Tahap kelima adalah mengaktifkan partisipasi siswa. Belajar tidak cukup hanya mengetahui, tetapi harus bisa merasakan dan melaksanakan serta mengevaluasi hal-hal yang dipelajari sebagai hasil belajar. Contoh upaya untuk mengaktifkan partisipasi siswa yaitu pembentukan kelompok-kelompok belajar dan memberikan kegiatan dalam suatu pembelajaran, serta penggunaan media yang menarik.
6.      Evaluate and Revise
Tahap keenam adalah mengevaluasi dan merevisi perencanaan pembelajaran serta pelaksanaannya. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk melihat seberapa jauh teknologi, media dan materi yang kita pilih/gunakan dapat mencapai tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diperoleh kesimpulan apakah teknologi, media dan materi yang kita pilih sudah baik, atau harus diperbaiki lagi.

E.     Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model Dick and Carey
Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick dan Carey, yang dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou Carey. Model ini merupakan model prosedural dan model melingkar. Tahapan model ini menurut Dick and Carey (dalam Aka, 2013 http://belajarpendidikanku.blogspot.com) yaitu:
1.      Identify Instructional Goal(s) (Identifikasi tujuan pembelajaran)
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang anda inginkan setelah siswa melaksanakan pembelajaran.
2.      Conduct Instructional Analysis (Melakukan analisis pembelajaran)
Analisis pembelajaran yakni menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Menurut Dick & Carey (2005), analisis instruksional adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan yang diperlukan bagi siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
3.      Analyze Learners and Contexts (Menganalisis siswa dan konteks)
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga dipertimbangkan keterampilan awal yang telah dimiliki siswa. Analisis paralel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran.
4.      Write Performance Objectives (Merumuskan tujuan kinerja)
Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, maka diperoleh pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka menerima pembelajaran. Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja.  Komponen ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran.
5.      Develop Assesment Instrument (Pengembangan instrumen penilaian)
Pengembangan instrumen penilaian  didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa melakukan tujuan pembelajaran.
6.      Develop Instructional Strategy (Pengembangan strategi pembelajaran)
Strategi pembelajaran meliputi kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Penentukan aktifitas pembelajaran membantu dalam pencapaian tujuan
7.      Develop and Select Instructional Materials (Pengembangan dan pemilihan bahan ajar)
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran meliputi petunjuk untuk siswa, materi pembelajaran, dan soal-soal. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.
8.      Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction (Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif)
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan mengidentifikasi data tersebut. Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formatif yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar.
9.      Design and Conduct Summative Evaluation (Mengembangkan evaluasi sumatif)
Bertujuan untuk mempelajari efektifitas keseluruhan sistem dan dilakukan setelah tahap evaluasi formatif.
10.  Revise Instruction (Revisi pengajaran)
Data dari evaluasi formatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dianalisis serta diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari evaluasi formatif dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mencapai tujuan.

F.     Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model Hannafin dan Peck 
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri dari pada tiga fase (Hannafin&  Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini lebih berorientasi produk, berikut tahapan dari model Hannafin dan Peck (dalam Aka, 2013:http://belajarpendidikanku.blogspot.com) yaitu:
1.      Fase pertama
Analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran. Termasuk di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.

2.      Fase  kedua
Fase ini yaitu fase desain, informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Fase desain bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang mengikuti urutan aktifitas  pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media  pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.

3.      Fase ketiga
Fase pengembangan dan implementasi, terdiri dari  penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif.  Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikut sertakan proses-proses pengujian dan  penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.


G.    Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model 4D
Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh Thiagarajan (dalam Ekana dkk, 2012:6). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan sebagai berikut.
1.    Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Thiagarajan (dalam Mulyatiningsih, 2012: http://staff.uny.ac.id)  menganalisis lima kegiatan yang dilakukan pada tahap berikut.
a.       Analisis ujung depan (front-end analysis). Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
b.      Analisis siswa (learner analysis). Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb.
c.       Analisis tugas (task analysis). Guru menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal.
d.      Analisis konsep (concept analysis). Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
e.       Perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives). Menulis tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional.
Menurut Mulyatiningsih (2012: http://staff.uny.ac.id)  dalam konteks pengembangan bahan ajar (modul, buku, LKS), tahap pendefinisian dilakukan dengan cara: 1) Analisis kurikulum, 2) Analisis karakteristik peserta didik, 3) Analisis materi, 4) Merumuskan tujuan.
2.     Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran (blueprint). Thiagarajan, (dalam Mulyatiningsih, 2012: http://staff.uny.ac.id) membagi perancangan menjadi empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini sebagai berikut. sebagai berikut:
a.       Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test)
Tes acuan patokan disusun berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa.
b.      Pemilihan media (media selection)
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi.
c.       Pemilihan format (format selection)
Tahap ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar  yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran.
d.      Rancangan awal (initial design)
Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum uji coba dilaksanakan. Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk  yang  perlu divalidasi  oleh ahli atau teman sajawat.
3.    Develop (Pengembangan) 
Thiagarajan (dalam Ekana dkk, 2012:6). membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu expert appraisaldan developmental testingExpert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk oleh ahli dalam bidangnya. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk agar dapat diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
4.            Disseminate (Penyebarluasan)
Istilah disseminate diartikan sebagai penyebarluasan yang dalam hal ini berarti produk yang telah dibuat dan direvisi disebarluaskan. Thiagarajan (dalam Mulyatiningsih, 2012: http://staff.uny.ac.id) membagi tahap diseminasi sebagai berikut.
a.       Pada tahap validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya untuk melihat ketercapaian tujuan.
b.      Tahap pengemasan ( packaging)  ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
c.       Tahap penyerapan (diffusion) dan penggunaan (adoption). Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap atau dipahami orang lain dan digunakan  pada kelas mereka.
Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap diseminasi dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan.

H.    Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model ADDIE
Salah satu model desain pembelajaran yang sifatnya lebih generik adalah model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri (Rusyani, 2009: http://file.upi.edu). Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan sebagai berikut (Mulyatiningsih, 2012: http://staff.uny.ac.id dan Sujarwo, 2012:12 ).
1.      Analysis (Analisa)
Analisa yaitu melakukan analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan analisis tugas. Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
2.      Design (Desain/Perancangan)
Tahap awal yaitu merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kemudian menentukan strategi pembelajaran dan media yang tepat. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
3.      Development (Pengembangan)
Pengembangan adalah proses mewujudkan desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan.
4.      Implementation (Implementasi/Eksekusi)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan  sistem pembelajaran yang sedang dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
5.      Evaluation (umpan balik)
Evaluasi sebernarnya tidak hanya dilakukan dekahir tetapi di setiap tahap. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Evaluasi sumatif dari model ADDIE merupakan proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN
Aka, K.A. 2013. Model-Model Pengembangan Bahan Ajar. (Online), (http://belajarpendidikanku.blogspot.com), diakses 8 Maret 2014.
Effendi, S. 2012. Hakekat Desain Pembelajaran dan Model-Model Desain Pembelajaran. (Online), (http://saipuleffendiipunk.blogspot.com), diakses 9 Maret 2014.
Ekana, H. C., Kurniawati, I., Kuswardi, Y. 2012. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika yang Berbasis Peta Konsep (dalam Tinjauan Langkah R & D Thiagarajan. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika, Semarang, 21 Nopember 2012. Dalam UNS database, (Online), (http://lppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2012-11122013224206.pdf), diakses pada  7 Maret 2014.
Kemp, J. E, Morrison, G. R & Ross, S. M. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.
Mulyatiningsih, E. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran. (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-endang-mulyatiningsih-mpd/7cpengembangan-model-pembelajaran.pdf), diakses pada 7 Maret 2014.
Rusyani, E. 2009. Desain Pembelajaran. (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-ENDANG_RUSYANI/DESAIN_PEMBELAJARAN.pdf), diakses pada 7 Maret 2014.
Smaldino, Sharon. 2008. Instructional Technology&Media for Learning. Ohio: Pearson Prentice Hall.
Sujarwo. 2012. Desain Sistem Pembelajaran. (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Desain%20Pembelajaran-pekerti.pdf), diakses pada pada 7 Maret 2014.

Posting Komentar untuk "MODEL-MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR "