HAKIKAT PENDIDIKAN ditijau Secara Etimologis dan Terminologis
A.Pengertian Pendidikan secara Etimologis dan Terminologis
Pendidikan adalah hal
yang sangat vital dalam kehidupan manusia, tanpa pendidikan peradapan manusia
tidak akan berkembang. Pendidikan dianggap penting untuk mempermudah proses
pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan zaman yang sangat pesat. Namun, tidak semua
orang benar dalam memaknai pendidikan itu sendiri, banyak yang menganggap bahwa
pendidikan hanya sekedar proses pemenuhan kebutuhan akan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, sangat penting untuk memahami pengertian pendidikan secara mendalam
menurut para pakar dengan berbagai sudut pandang yang berbeda.
“Pendidikan secara
sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan” (Munawar, dkk.
2012: 6). Dari pernyataan tersebut, dapat dijelaskan bahwa di dalam suatu
peradaban masyarakat terjadi suatu proses pendidikan, entah itu formal maupun
non formal. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meneruskan hidupnya dan
telah berlangsung sepanjang peradaban umat manusia.
a) Pengertian pendidikan
secara etimologis
Pengertian pendidikan
dijelaskan oleh berbagai bangsa di dunia dengan istilah yang berbeda-beda.
Menurut bangsa Yunani, pendidikan adalah ‘pedagogik’ yaitu ilmu menuntun anak.
Bangsa Romawi memandang pendidikan adalah educare yaitu mengeluarkan dan
menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia.
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan
educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan
kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah
(pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan
watak, mengubah kepribadian sang anak (Rohimin, dkk, 2011:2).
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “pendidikan berasal dari kata dasar didik yaitu memelihara dan
memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran” (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1990:204 ). Dari berbagai pengertian pendidikan secara etimologis di
atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses menuntun anak untuk
mengembangkan perilaku, pikiran, dan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya.
b) Pengertian pendidikan
secara terminologis
Pengertian pendidikan
secara Terminologis disampaikan oleh beberapa pakar. Menurut Ki Hajar Dewantara
(dalam Rohimin, dkk, 2011: 4), pendidikan merupakan usaha memajukann budi
pekerti, pikiran dan fisik supaya tercipta kesempurnaan hidup dan hidup anak
menjadi selaras dengan alam dan masyarakat. Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa pendidikan harus mendahulukan aspek-aspek berikut ini.
Semua alat, upaya, dan
strategi pendidikan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
Keadaan yang sebenarnya
itu terdapat dalam adat istiadat setiap masyarakat dan merupakan suatu kesatuan
dengan sifat perikehidupan masyarakat serta usaha dan daya untuk mencapai hidup
tertib damai.
Adat istiadat tersebut
dipengaruhi oleh zaman dan tempat, oleh karena itu senantias mengalami
perubahan.
Untuk mengetahui jati
diri dari suatu bangsa perlu mempelajari zaman terdahulu.
Pengaruh baru diperoleh
karena interaksi dengan bangsa lain di masa yang lebih modern, maka dari itu
harus dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Menurut buku ‘Higher
Education for America Democracy’ (dalam Rohimin, dkk, 2011: 5), pendidikan
merupakan lembaga dalam setiap masyarakat yang beradab, namun tujuan
pendidikannya tidak sama dalam tiap masyarakat tersebut. Sistem pendidikan dan
tujuan pendidikan setiap masyarakat berdasarkan pada prinsip, nilai, cita-cita
dan filsafat yang diyakini oleh masyarakat tersebut. Menurut Prof. Richy dalam
buku ‘Planing for Teaching and Introduction to Education’, pendidikan
berhubungan dengan fungsi yang lebih luas dari pemeliharaan dan perbaikan
kehidupan suatu bangsa terutama dalam membawa generasi muda untuk menunaikan
kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat (Rohimin, dkk, 2011:
5).
Dari berbagai pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat diartikan bukan sekedar
proses di dalam sekolah saja, namun lebih luas dan kompleks di dalam
masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus sadar akan proses pendidikan
tersebut, sehingga dapat membawa bangsanya ke dalam hidup yang lebih baik.
Kesadaran tersebut perlu dipupuk dan dipelajari terutama oleh generasi muda
sebagai generasi penerus masa depan bangsa.
B.Fenomena Pendidikan di
Indonesia
Pendidikan di Indonesia
kenyataannya masih terbelenggu oleh sistem. Sistem itulah yang mengatur
segalanya. Kenyataan tersebut diperparah oleh anggapan masyarakat bahwa
pendidikan itu hanya berlangsung di sekolah (lembaga formal), banyak masyarakat
kita yang tidak memahami bahwa pendidikan itu juga terjadi di dalam keluarga,
masyarakat, dan kehidupan berbangsa.
Penanaman karakter
terhadap anak sangat terlihat kurang, bahkan sekarang cenderung dipaksakan
melalui proses pendidikan di sekolah. Sejatinya karakter tersebut sudah ada
dalam jati diri bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Seperti kita ketahui bahwa
pancasila merupakan merupakan hasil refleksi dari nilai, adat istiadat, dan
norma-norma yang digali dari dalam masyarakat Indonesia itu sendiri. Oleh
karena itu, penanaman karakter yang lebih kompleks dan lebih dominan seharusnya
terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Bukan hanya sekedar dalam suatu
lembaga.
Kenyataan lain juga
terlihat bahwa pendidikan di Indonesia sebagian besar didominasi hanya untuk
perolehan kognitif atau mengajarkan anak berpikir tentang ilmu-ilmu pengetahuan
yang ada. Peningkatan kemampuan anak untuk merasa (afektif) dan memahami
sejatinya hidup sangatlah kurang. Dari kenyataan tersebut, maka tidak jarang
bahwa pendidikan hanya menciptakan manusia yang pintar, namun kurang
menciptakan manusia yang punya perasaan. Kemudian istilah manusia robot pun
terkadang juga tepat untuk menggambarkan kondisi ini.
C.Hakikat Pendidikan
“Pendidikan merupakan
‘transfer of knowledge, transfer of value, transfer of of culture, and transfer
of religius’ yang semua diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia”
(Rohimin, dkk, 2011: 8). Hakikat pendidikan yaitu usaha untuk mengubah perilaku
tiap anggota masyarakat agar sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati
berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan keamanan.
Menurut Paula Freire (dalam Rohimin, dkk, 2011: 8), “hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri”. Dalam konteks ajaran agama Islam, hakikat pendidikan adalah mengembalikan fitrah manusia dengan tuntunan Al-Quran dan hadist.
Menurut Paula Freire (dalam Rohimin, dkk, 2011: 8), “hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri”. Dalam konteks ajaran agama Islam, hakikat pendidikan adalah mengembalikan fitrah manusia dengan tuntunan Al-Quran dan hadist.
Hakikat pendidikan telah
melahirkan berbagai teori dengan pendekatannya masing-masing. Namun pada
dasarnya, hakikat pendidikan merupakan sebuah pertanyaan tentang apakah
pendidikan itu. Dan manusia berusaha untuk menemukan jawabannya dengan
menggunakan berbagai pendekatan. Berbagai pendekatan mengenai hakikat
pendidikan (dalam Tilaar, 2002: 18-32) dapat digolongkan menjadi dua kelompok
besar yaitu pendekatan reduksionisme dan pendekatan holistik integratif.
a) Pendekatan
reduksionisme
Teori-teori yang
dihasilkan dari pendekatan reduksionisme banyak dipaparkan dalam ilmu
pendidikan. Berbagai pendekatan reduksionisme tersebut antara lain
Pendekatan pedagogis.
Pendekatan ini melahirkan child centered education, yaitu bahwa pendidikan
berpusat kepada kepentingan anak, sehingga cenderung melupakan bahwa anak juga
anggota masyarakat.
Pendekatan filosofis.
Pendekatan ini melahirkan ilmu pendidikan yang memandang anak sebagai titik
tolak proses pendidikan. Nilai-nilai anak yang khas, perkembangan etis dan religi
anak dianggap suatu yang harus dihormati dalam pendidikan.
Pendekatan religius.
Pendekatan ini melahirkan pemikiran bahwa pendidikan adalah proses mengatur
peserta didik menjadi manusia yang religius sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan
mempersiapkan peserta didik untuk hidup sesuai dengan kodratnya.
Pendekatan psikologis.
Pendekatan ini cenderung mempersempit pendidikan sebagai proses belajar
mengajar dan menuntun penguasaan ilmu dan spesialisasi dari tenaga medis.
Pendekatan negativis.
Pendekatan ini memandang pendidikan sebagai upaya mengembangkan kepribadian dan
membudayakan manusia.
Pendekatan sosiologis.
Pendekatan ini memandang bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat, oleh
karena itu hakikat pendidikan merupakan keperluan untuk hidup bersama dalam
masyarakat.
BACA JUGA: PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU UNTUK PEMBELAJARAN ABAD 21
b) Pendekatan holistik
integratif
Pendekatan ini melihat
pendidikan secara menyeluruh. Hakikat pendidikan menurut pendekatan holistik
integratif adalah proses untuk mengembangkan eksistensi peserta didik dalam
bermasyarakat, berbudaya, dan dalam tata kehidupan lokal, nasional, maupun
global.
Sumber Rujukan:
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai
Pustaka.
Munawar dan Mujiono.
2012. Landasan Kependidikan (Makalah). Semarang: Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang.
Rohimin, Saodah. T, dan
Salam. A. Tanpa tahun. Hakikat Pendidikan (Makalah). Bandung: Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Tilaar, H. A. R. 2002.
Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Posting Komentar untuk "HAKIKAT PENDIDIKAN ditijau Secara Etimologis dan Terminologis"